Senin, 17 Februari 2014

Kehangatan untuk 'Sempurna'

Tahukah berapa lama dia seperti ini?
Lebih dari separoh dari hidup yang dia jalani hingga saat ini. hanya saja ketika dia kecil tak mengetahui jika dia telah merasakannya. ingatannya terkadang kembali mengelupas ketika dia berada pada situasi yang sama. teriakan, tangisan, cacian bahkan, sering memenuhi memorinya saat itu. 

Dia kembali bertanya, "apakah aku pernah sebentar saja merasakan indahnya hidup yang sempurna?".
Sempurna tak ingin dia artikan bergelimang harta dan tahta, dia artikan sempurna sebagai sebuah kehangatan, kebersamaan yang membuatnya tersenyum bahagia. Berpuluh tahun dia merasa seperti hidup dalam kutub yang dingin bersama bongkahan es, sesekali menghangat kemudian terasa lebih dingin. Sering dia merasa iri dengan apa yang dia lihat diluar sana, iri dengan ocehan bahagia teman - temannya tentang hidup mereka, seakan mereka tak pernah merasakan apa yang dia rasakan. Tak jarang kemudian dia membanding - bandingkan mereka dengan dirinya sendiri, seakan tak bersyukur. "Sepertinya sangat bahagia mereka, mungkin aku juga akan sebahagia itu jika aku memiliki hal yang sama", kata dalam hatinya.  Seketika itu juga, beiringan tanpa sadar butiran - butiran air yang begitu saja terjatuh dari matanya. Kemudian dia menerawang jauh, jauh sekali, seakan menempatkan dirinya dalam suasana yang sempurna itu. Dan dia hanya bisa tertegun, "mungkin itu tidak sekarang", hiburnya. 

Tidak pernah berhenti dalam hatinya bertanya tentang hidupnya ini. Apa ada yang salah dengan semua ini? Siapa yang dapat menjawab pertanyaan itu? Kemudian dia hanya memutar - mutar, memutar - mutar hingga dia rasa yang mampu dia lakukan hanya diam seperti ini. Dia hanya makhluk 'kecil' yang tak sepantasnya memberikan putusan untuk hidup yang milik bersama. Tapi kadang ia pun kesal sangat kesal, jika merasa apa yang dia lihat seharusnya tidak pernah ada, tapi dia lagi - lagi hanya bisa diam. Dia berpikir mungkin itulah yang bisa mereka lakukan untuk menebus rasa puas sehingga mereka bahagia. Jika dia marah, apa itu akan mengubahnya. Tidak ! Semua menjadi lebih kacau.

Ketika sesekali terasa sedikit menghangat, meski tak sehangat yang dia harapkan, tapi hangatnya tak akan berlangsung lama. Ada saja yang membuat kehangatan itu menguap kembali menjadi beku. Yah beku !

Tapi sampai kapan?
Sampai kedua kutub di sana mencair, sampai panas begitu menyengat karena tak ada lagi ozon?

Dia tak ingin..
Saat ini dia berusaha dengan caranya sendiri menghangatkan dirinya sendiri, entah dengan siapapun itu. Dia ingin berusaha mensyukuri setiap nikmat hangat bahkan nikmat beku yang dia alami dan dia rasakan sebagai sebuah perjalanan menuju titik akhir nanti. Dengan berharap suatu ketika nanti, hidupnya akan menjadi sempurna. Dan dia tak akan berhenti berusaha menyempurnakannya dengan cara yang baik pastinya. Semoga semua akan membaik, dan semua menjadi baik.

"Untukmu yang tulus bersamaku nanti, bantulah aku menyempurnakan hidupku. Bantulah aku beranjak dari memoriku yang dahulu. Bantulah aku yang tertatih dalam perubahanku. Aku ingin sebuah kehangatan yang tak kunikmati saat ini. Aku ingin kehangatan itu menjadi kehangatan kita nanti, sehingga kebersamaan kita akan sempurna..."



-bersama memori-facebook.com
17.04.2014