Sabtu, 16 Februari 2013

*5

Dan benar saja rindumu itu memang bertepuk sebelah tangan.
Sampai kau gaung-gaungkan sekeras apapun rindumu itu, tetap saja tidak akan membuatnya rindu. Yang ada hanya sebongkah kalimat 'anyep' tanpa rasa. Hambar.
Meski kau tanya tidak ada sedikitpun yang berkurang, tapi entah sesungguhnya. Mungkin hatinya telah tergoyah untuk bertahan dengan janjinya saat itu.
Nes..gadismu ini merasa ada sesuatu yang berkurang darimu. semoga itu tidak pernah benar. hanya kau sedang terbelenggu amarahmu karna kesalahan yang selalu gadismu perbuat.

'Bosankah denganku, Nes?' bisik yang selalu saja terlintas dalam hatinya.
Gadismu ini tak ingin kau pergi. Tapi gadismu merasa takut jika suatu saat memang dialah yang harus pergi. Pergi karena ketidakpedulianmu, Nes.
Namun, gadismu sungguh menyadari jika mendung yang selalu menyelimuti hatimu terjadi karena dia. Hingga semua menjadi hal yang biasa untukmu, menjadi hal yang memang tak perlu banyak kau pikirkan.

Yah, gadismu akan mengobatinya sendiri. Itulah yang gadismu katakan, Nes. Tapi bukan berarti dia tidak butuh kepedulianmu, bukan berarti seperti itu. Gadismu membutuhkanmu untuk mengobatinya. Tapi mungkin kau terlalu bosan terlalu jenuh untuk menghadapinya.
Dan kini, ketika gadismu telah kembali, kau tetap saja berada di awan yang mendung di sana.
Bujuk manja gadismu, rengekannya, tak cukup untuk membawamu turun bersamanya..
Seakan kau hanya ingin sendiri, dan membuatnya tidak ada.

-170213-

*4

'Benar sekali. kayak gini seakan sudah biasa buatku..'
Kalimat yang begitu saja terlontar dari mulut manismu kekasih. Kalimat yang mungkin biasa, namun menghujam begitu dalam. Kasihkah itu? Cintakah itu? Apa itu caramu mencintai pasanganmu?
Bahkan rindu yang menyeruak dalam hati pasanganmu itu sudah menjadi hal yang tidak lagi istimewa. Dan rindu yang dulu selalu berkembang dalam jiwamu, kini tiada. Entah pergi bersama siapa, entah kemana, bahkan dimana. Mungkin berlalu bersama angin waktu yang begitu berhembus kencang.

Mencoba mencari titik pedulimu, kini bukan hal mudah. Tidak tahu, mungkin harus berguling-guling atau berlarian maraton untuk menjemputnya. Ataukah kini rindumu telah berubah menjadi bekuan es layaknya di kutub utara sana? Sehingga jika menginginkan rindumu itu, harus membawa panas matahari ke sana?

sungguh penuh tanya dalam jiwa ini kekasih. tak ragukan cintamu, tak ragukan jika kau tidak akan pergi.. tidak sama sekali. tapi jika boleh meminta, kembalikan rindumu yang dulu selalu kau banggakan, yang selalu melelehkan jiwa yang terbakar amarah,  yang dulu mengubah tangis menjadi kembangan senyum, yang dulu selalu meminta rinduku untuk menemaninya..


-160213-
Senja bersama rintikan hujan

Jumat, 15 Februari 2013

*3

Kembali sendiri..
Yah kembali sendiri seperti biasa saat sapaan enggan menyapaku layaknya fajar yang pagi ini terbit menyapa dunia meski bersama rintikan hujan. Kicauan burung dan kokokan ayam yang juga ikut bersamanya.
Aku hanya bersama egoku, dan mungkin kamu bersama egomu yang tidak mampu kita kalahkan. Banyak rindu yang tersimpan, tapi..
Ya sudahlah, biarkan rindu ini kunikmati sendiri. Biar rindu ini menjadi teman untukku saat engkau tak mau menyapa lagi. Meski tetap terasa sepi, tapi setidaknya ada hal yang bisa menjadi alasan untukku selalu mengingatmu. Dan aku yakin, rindu ini tidak akan membiarkan kesunyian berada terlalu lama di antara jarak puluhan kilometer kita. Kemudian, semua akan kembali saling menyapa seperti fajar menyapa dunia hari ini..
Dan kini, aku memiliki rindu itu. Tapi bagaimana denganmu?

-160213-

Kamis, 14 Februari 2013

*2

Rasanya menggerus hati sendiri..
kruwes..kruwes..
Yah, mungkin seperti itu rasanya. Ketika terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Sering dirasakan, namun hati tetap saja tidak begitu saja merasa terbiasa menerimanya. Selalu ada penolakan. Entah dia sendiri tak tahu bagaimana harus mengakhiri perasaan yang sebenarnya menyakiti dirinya sendiri, menyayat hatinya sendiri..
Dan sebenarnya dia tahu, mungkin orang lain telah tersakiti oleh hal itu pula..

-140213-

Minggu, 10 Februari 2013

*1


sebentar..
aku ingin bertanya pada marah yang mengelilingmu saat ini. "Hei marah kenapa kau begitu senang berada di antara kita?" Padahal aku lelah bertemu denganmu.. 


Tapi apa kau menjawabnya? sudah kubertanya beribu kali, kaupun tetap diam. Seakan kau memang telah menemukan tempat ternyamanmu di antara kita.. Pergi sesaat dan kemudian kembali, diam lagi diam lagi..
Tak lelah kau seperti kita menghadapimu?
Tarikan nafas panjang, ku terus menarik nafas panjang.. tapi kau tetap saja tak mengikuti arah karbondioksida yang kuhembuskan..

Marah..


pergilah.. Datanglah diwaktu yang tepat dan dengan caramu yang santun..
Pergilah, dan mintalah sabar dan senyum untuk menggantikanmu berada disekeliling kita..

-110212-