Minggu, 29 April 2012

Mendiknas: Kurangi Pengangguran dengan Pendidikan Luar Sekolah

Rabu, 30 April 2008 13:09:06 - oleh : admin
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ternyata telah memberi kontribusi dalam upaya menangani masalah pengangguran terutama bagi warga masyarakat yang tidak mungkin terlayani kebutuhan pendidikannya melalui jalur pendidikan formal. Demikian Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Bambang Sudibyo pada acara penyerahan sertifikat profesi SPA Terapis di Jakarta, Rabu (20/12).
"Saya menghargai berbagai inisiatif yang dilakukan di lingkungan pendidikan luar sekolah, khususnya dalam mengembangkan kursus para profesi yang berorientasi kecakapan hidup untuk membelajarkan masyarakat agar memiliki kemampuan/keterampilan sebagai bekal untuk berusaha atau memasuki dunia kerja baik di dalam maupun luar negeri," ujar Bambang.
Menurutnya, perluasan dan peningkatan mutu pendidikan kecakapan hidup penting karena terkait dengan hajat hidup orang banyak sehingga Depdiknas bersama instansi terkait lainnya seperti Depnaker membentuk lembaga yang memberikan sertifikasi kompetensi.
Depdiknas, jelas Bambang, melalui Direktorat Pendidikan Luar Sekolah (PLS) juga menerbitkan sertikat kursus bagi Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT), sertifikat kecakapan hidup lainnya seperti bahasa Inggris, bidang otomotif, informasi teknologi dan sebagainya. Selain itu, Depdiknas secara bertahap akan melakukan akreditasi terhadap lembaga-lembaga kursus agar hasil dari pendidikan non-formal tersebut dapat diukur.

Untuk itu, katanya, pihaknya meminta agar Pendidikan Luar Sekolah terus mendorong dan memberikan fasilitasi kepada satuan-satuan pendidikan non formal agar terus mengembangkan berbagai program inovatif yang berorientasi pada kebutuhan pasar, sekaligus melakukan kemitraan dengan berbagai stake holder pendidikan guna meningkatkan mutu dan komptensi lulusannya agar memiliki sertifikasi profesi.
Ia mengatakan, upaya ke depan harus tetap dikembangkan agar semakin baik sehingga di era kompetisi global, tenaga kerja Indonesia mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan tenaga kerja dari berbagai negara di dunia.
Telah banyak bukti yang dicapai, salah satu bukti tersebut adalah dilakukannya upaya sistematis dan sinergis oleh pemerintah, swasta dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas lulusan pendidikan khususnya di bidang "Spa Terapist."
"Para terapist ini telah mengikuti uji komptensi serta telah dinyatakan lulus untuk mendapat sertifikasi profesi. Selain itu, mereka telah diterima kerja atau magang di luar negeri untuk meningkatkan kemampuan dan daya saingnya," imbuhnya. (dina)

Sumber :
http://p2pnfi-reg1.org/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=5

Selasa, 24 April 2012

Mataram Guru Besar STKIP Siliwangi Bandung Prof. Dr. H. Engking S. Hasan, M. Pd, menilai pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal masih dimarjinalkan oleh pemerintah daerah karena tidak sinkronnya program pemerintah pusat dengan daerah.
“Luar biasa indah dan runutnya program pemerintah pusat, tetapi manakala program luas sekolah ini masuk ke daerah, pengelolaannya kadang-kadang kurang sinkron,  katanya di sela-sela acara seminar akademik jurusan pendidikan luar sekolah STKIP Siliwangi Bandung, yang digelar di gedung Balai Pengembangan Pendidikan Formal dan Informal (BPPFI) Regional VII Mataram, di Mataram, Selasa.
Ia menilai pendidikan yang sangat ampuh di masyarakat adalah adalah Pendidikan nonformal dan informal (PNFI). Pendidikan luar sekolah tersebut merupakan pendidikan yang paling tua di dunia, sehingga dijadikan sebagai soko guru.
Fungsi dan peran PNFI sangat besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah melalui pendidikan luar sekolah yang diberikan kepada masyarakat.
Salah satu target yang ingin dicapai, menurut dia, adalah membuat masyarakat menjadi pintar yang akan bermuara pada pembangunan ekonomi dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
“Jika rakyat sudah pintar dan melek, segala macam pembangunan ekonomi akan terwujud. Kalau ekonomi rakyat sudah meningkat, tentu drajat kesehatan masyarakat yang tinggi akan tercapai. Tetapi kalau diawali dengan kebodohan dan mutu pendidikan yang rendah, ekonomi dan kesehatan masyarakat juga akan rendah,  ujarnya.

Engking menggambarkan bagaimana pendidikan luar sekolah di sejumlah negara seperti di Korea Selatan, Singapura dan Thailan yang cukup berkembang dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. “Jambu bangkok, ayam bangkok dari Thailand semuanya hasil dari pendidikan luar sekolah. Jadi begitu pentingnya pendidikan luar sekolah di Thailand,  ujarnya.
Menurut dia, program pemerintah pusat terkait dengan pendidikan luar sekolah sudah cukup bagus seperti sanggar belajar bersama, pendidikan dan pelatihan. Namun, yang terpenting adalah bagaimana menyelaraskan program tersebut dengan program pemerintah daerah terutama setelah berlakunya otonomi daerah.
Dia mengharapkan adanya sebuah upaya meninjau kembali undang-undang tentang otonomi daerah, sehingga program pemerintah pusat dengan program pemerintah daerah dalam memanusiakan manusia melalui pendidikan luar sekolah bisa selaras.
“Yang terpenting adalah bagaimana impelementasi kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam otonomi daerah guna meningkatkan sumber daya manusia. Jadi harus betul-betul ada kesinambungan. Itulah makna sebenarnya dari otonomi daerah,  ujarnya.(ant)
Sumber http://sumbawabaratnews.com/?p=299